Sabtu, 09 Maret 2013

kebudayaan sulawesi utara


Kebudayaan di Sulawesi Utara

Kebudayaan di Sulawesi Utara. Selain kaya akan sumber daya alam sulawesi utara juga kaya akan seni dan budaya yang diwariskan oleh nenek moyang. Berbagai seni dan budaya dari berbagai suku yang ada di provinsi sulawesi utara justru menjadikan daerah nyiur melambai semakin indah dan mempesona. Berbagai pentas seni dan budaya maupun tradisi dari nenek moyang memberikan warna tersendiri bagi provinsi yang terkenal akan kecantikan dan ketampanan nyong dan nona Manado.
Secara garis besar penduduk di Sulawesi Utara terdiri atas 3 suku besar yakni suku minahasa, suku sangihe dan talaud dan suku bolaang mongondow. Ketiga suku/etnis besar tersebut memiliki sub etnis yang memiliki bahasa dan tradisi yang berbeda-beda. Tak heran Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa bahasa daerah seperti Toulour, Tombulu, Tonsea, Tontemboan, Tonsawang, Ponosakan dan Bantik (dari Suku Minahasa), Sangie Besar, Siau, Talaud (dari Sangihe dan Talaud) dan Mongondow, Bolaang, Bintauna, Kaidipang (dari Bolaang Mongondow)
Propinsi yang terkenal akan semboyan torang samua basudara (kita semua bersaudara) hidup secara rukun dan berdampingan beberapa golongan agama seperti Kristen, Katolik, Islam, Hindu, Budha dan Kong Hu Chu. Namun dari keaneka ragaman tersebut bahasa Indonesia masih menjadi bahasa pemersatu dari berbagai suku dan golongan.

Berikut ini beberapa Kebudayaan di Sulawesi Utara

  • Budaya mapalus. Mapalus merupakan sebuah tradisi budaya suku Minahasa dimana dalam mengerjakan segala sesuatu dilakukan secara bersama-sama atau gotong royong. Budaya mapalus mengandung arti yang sangat mendasar. Mapalus juga dikenal sebagai local Spirit and local wisdom masyarakat di Minahasa
  • Perayaan tulude. Perayaan tulude atau kunci taong (kunci tahun) dilaksanakan pada setiap akhir bulan januari dan diisi dengan upacara adat yang bersifat keagamaan dimana ungkapan puji dan syukur terhadap sang pencipta oleh karena berkat dan rahmat yang telah diterima pada tahun yang telah berlalu sambil memohon berkat serta pengampunan dosa sebagai bekal hidup pada tahun yang baru
  • Festival figura. Figura merupakan seni dan budaya yang diadopsi dari kesenian yunani klasik. Seni ini lebih dekat dengan seni pantomim atau seni menirukan laku atau watak dari seseorang tokoh yang dikenal atau diciptakan. Figura merupakan kesenian yang dapat menghadirkan dramaturgi pendek terhadap sosok atau perilaku tokoh-tokoh yang dianggap berperan dalam mengisi tradisi baik buruknya sosok dan watak seorang manusia. Oleh pemerintah kota Manado festival figura diselenggarakan dalam rangka pesta kunci taong layaknya perayaan tulude yang dilaksanakan oleh masyarakat sangihe
  • Toa Pe Kong atau Cap go meh. Seperti didaerah lainnya, perayaan/upacara ini juga rutin dilaksanakan di Sulawesi Utara apa terlebih di Kota Manado. Upacara ini dimeriahkan dengan atraksi dari Ince Pia yakni seorang yang memotong-motong badan dan mengiris lidah dengan pedang yang tajam serta menusuk pipi dengan jarum besar yang tajam akan tetapi si Ince Pia tidak terluka ketika
  • Pengucapan syukur. Pengucapan syukur merupakan tradisi masyarakat Minahasa yang mengucap syukur atas segala berkat yang telah Tuhan berikan. Biasanya pengucapan syukur dilaksanakan setelah panen dan dikaitkan dengan acara keagamaan untuk mensyukuri berkat Tuhan yang dirasakan terlebih panen yang dinikmati. Acara pengucapan syukur ini dilaksanakan setiap tahun oleh masyarakat suku Minahasa pada hari Minggu umumnya antara bulan Juni hingga Agustus. Saat pengucapan syukur hampir setiap keluarga menyediakan makanan untuk para tamu yang akan datang berkunjung apa terlebih makanan khas seperti nasi jaha dan dodol.
Itulah beberapa Kebudayaan di Sulawesi Utara yang hingga kini masih rutin dilaksanakan dan dilestarikan oleh masyarakat di Provinsi Sulawesi Utara.

kebudayaan kalimantan timur


SENI MUSIK TRADISIONAL DI KALIMANTAN TIMUR

Kalimantan Timur adalah wilayah yang berstatus provinsi di Indonesia. Provinsi ini merupakan salah satu dari empat provinsi di Kalimantan. Berbagai daerah di Indonesia memiliki musik tradisional yang berbeda, seperti contohnya di Kalimantan timur , Kalimantan timur memiliki beberapa musik tradisional yang sampai sekarang masih ada, yaitu musik Tingkilan dari Kutai, dan Musik Sempek/Kejien dari suku Dayak.
          Tingkilan adalah seni musik khas suku Kutai. kesenian ini memiliki kesamaan dengan kesenian rumpun Melayu. Alat musik yang digunakan adalah Gambus (sejenis gitar berdawai 6), ketipung (semacam kendang kecil), kendang (sejenis rebana yang berkulit sebidang dan besar) dan biola. Musik Tingkilan disertai pula dengan nyanyian yang disebut betingkilan. Betingkilan sendiri berarti bertingkah-tingkahan atau bersahut-sahutan. Dahulu sering dibawakan oleh dua orang penyanyi pria dan wanita sambil bersahut-sahutan dengan isi lagu berupa nasihat-nasihat, percintaan, saling memuji, atau bahkan saling menyindir atau saling mengejek dengan kata-kata yang lucu. Musik Tingkilan ini sering digunakan untuk mengiringi tari pergaulan rakyat Kutai, yakni Tari Jepen. Kesenian ini memiliki kesamaan dengan kesenian rumpun Melayu. Tingkilan lazimnya dimainkan pada acara-acara seperti pernikahan, pasca panen, Maulud Nabi Muhammad SAW, Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Idul Fitri, Idul Adha, Nuzulul Qur'an, Tahun Baru Islam (Hijriah), dan upacara sakral seperti Erau. Musik Tingkilan yang merupakan musik daerah pesisir Mahakam. Lagu yang di gunakan masyarakat zaman dahulu sebagai pengantar bahasa atau keinginan seseorang untuk menyampaikan sesuatu baik ilmu maupun nasihat serta pernyataan pribadi atau percintaan dalam bentuk pantun atau sindiran yang disampaikan saling berbalas pantun. Musik tingkilan juga biasa di tampilkan pada acara-acara seremonial baik yang bersifat keagamaan, upacara perkawinan, upacara pemberian nama anak (bayi) maupun acara-acara hiburan lainnya.


Alat-alat music yang digunakan adalah:

1. Gambus
Gambus merupakan alat musik petik seperti mandolin. Alat musik ini berasal dari Timur Tengah. Pengaruh dari Timur Tengah dibawa oleh orang-orang melayu yang banyak bermukim di pesisir Kalimantan Timur. Kebanyakan orang-orang melayu beraga Islam.
2. Ketipung
Merupakan kendang kecil. Sebagaimana gambus, alat musik ketipung mendapat pengaruh kuat dari budaya timur tengah.
3. Kendang
Merupakan fondasi dari ensamble gamelan yang dipakai untuk mengiringi bebrapa kesenian, misalnya Tari Ganjur. Kendang merupakan produk budaya Jawa yang dipakai untuk mengiringi senimusik Tingkilan di Kutai Kartanegara. Ketika gambus mulai dipetik, maka kendang akan mengiringi alunan suara gambus. Kendang ini juga berfungsi untuk mengatur tempo dalam Tingkilan.
4. Biola
Pada dasarnya biola merupakan produk budaya Eropa. Masuknya biola diperkirakan terjadi ketika Pemerintahan Hindia Belanda berkuasa di Nusantara. Lewat akulturasi budaya, akhirnya biola masuk sebagai salah satu instrument dalam Tingkilan.
Selain alat musik diatas, tidak jarang salam setiap pementasan alat musik Tingkilan juga dipadukan dengan beberapa alat musik lainnya seperti gitar, bass, drum, dan rebana.
Berikut dibawah ini adalah salah satu pemusik Tingkilan ternama di Kalimantan Timur.


Suku Dayak memiliki bermacam-macam alat musik, baik berupa alat musik petik, pukul dan tiup. Dalam kehidupan sehari-hari suku di pedalaman ini, musik juga merupakan sarana yang tidak kalah pentingnya untuk penyampaian maksud-maksud serta puja dan puji kepada yang berkuasa, baik terhadap roh-roh maupun manusia biasa. Selain itu musik alat-alat musik ini digunakan untuk mengiringi bermacam-macam tarian. Seperti halnya dalam seni tari, pada seni musik pun mereka memiliki beberapa bentuk ritme, serta lagu-lagu tertentu untuk mengiringi suatu tarian dan upacara-upacara tertentu. Masing-masing suku memiliki kekhasannya sendiri-sendiri. Bermusik itu bermain mengolah rasa. Petikan dawai menghadirkan dentingan yang memecah kesunyian. Orang Dayak punya rasa bermusik yang tinggi. Musik tradisional tiga dawai telah mengolah rasa.

Salah satu alat music tradisional suku Dayak adalah alat music Sampe. Ada beberapa jenis lagu musik sape’, di antaranya: Apo Lagaan, Isaak Pako’ Uma’ Jalaan, Uma’ Timai, Tubun Situn, Tinggaang Lawat dan, Tinggaang Mate. Nama-nama lagu tersebut semua dalam bahasa Kayaan dan Kenyah.
Cara pembuatan sape’ sesungguhnya cukup rumit. Kayu yang digunakan juga harus dipilih. Selain kayu Pelaik (kayu gabus) atau jenis kayu lempung lainnya, juga bisa kayu keras seperti nangka, belian dan kayu keras lainnya. Semakin keras dan banyak urat daging kayunya, maka suara yang dihasilkannya lebih bagus ketimbang kayu lempung. Bagian permukaannya diratakan, sementara bagian belakang di lobang secara memanjang, namun tidak tembus kepermukaan. Untuk mencari suara yang bagus maka tingkat tebal tipisnya tepi dan permukannya harus sama, agar suara bisa bergetar merata, sehingga mengehasilkan suara yang cekup lama dan nyaring ketika dipetik. Menurut V. Aem Jo Lirung Anya, seorang pemusik sape asal Dayak Kayaan Sungai Mendalam, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat, tidak jarang pembuat sape’ selalu salah untuk menentukan mutu dari suaranya. Sedangkan cara memainkannya, jelas berbeda dengan cara memainkan melodi gitar, karena jari-jari tangan hanya pada satu senar yang sama bergeser ke atas dan bawah. Para pemusik ketika memeinkan sebuah lagu, hanya dengan perasaan atau feeling mereka saja.
Berikut dibawah ini adalah foto-foto alat music tradisional suku Dayak yaitu Sampe

kebudayaan sumatera barat


Kesenian Sumatera Barat Ikut Festival di Perancis

Tribunnews.com - Senin, 23 Juli 2012 12:33 WIB
Share this
Share
 Text  +  
Kesenian Sumatera Barat Ikut Festival di Perancis
Tribunnews.com/sutan harismanto
Pasar dan Pantai Gondariah, Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar). Mereka ingin menyaksikan Pesta Budaya Hoyak Tabuik.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Festival of Montoire, France 2012 adalah festival tahunan bergengsi di kota Montoire Prancis. Montoire Festival 2012 adalah festival yang dicetuskan oleh Henry Coursaget dan tahun ini adalah festivalnya yang ke 40.
Montoire Festival berinduk kepada CIOFF (Council of Organization for Foklore Festivals and Folk Art), sebuah LSM yang dipandu UNESCO mengelola lebih kurang 250 kehiatan kesenian dan budaya. Festival ini melibatkan seniman dan pelaku seni tradisi profesional dari berbagai belahan dunia.
Untuk tahun ini Syofyani Dance and Music Ensemble, grup tari dan musik dari Bukittinggi, Sumatera Barat, yang terpilih untuk tampil di ajang yang bergengsi di tahun 2012 mewakili Indonesia.
"Ini bukan undangan pertama kali bagi sanggar Syofyani untuk ikut ke Festival Montoire,"ujar istri dari gubernur Sumatera Barat, Nevi Iwan Prayitno, di kantor Kementerian Pariwista dan Ekonomi Kreatif, Senin (23/7/2012).
Nevi Iwan Suprayitno juga mengatakan kalau kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari pemerintah Sumatera Barat dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
"Pemerintah Sumatera Barat sangat mendukung kegiatan ini, sebagai salah satu bentuk dari kegiatan promosi pariwisata Sumatera Barat dan juga kegiatan melestarikan budaya Minangkabau itu sendiri,"pungkas Nevi Iwan Suprayitno.

kebudayaan sumatera barat


Seni Sumatera Barat

ukiran rumah gadang Sumatera Barat
Sumatera barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat pulau Sumatera dengan ibu kota Padang. Sumatera Barat berbatasan langsung dengan Samudra Hindia. Provinsi ini identik dengan kampung halaman Minangkabau. Kawasan Sumatera Barat pada masa lalu merupakan bagian dari kerajaan Pagaruyung. Setelah perjanjian yang dibuat oleh pemuka Adat serta kerabat yang dipertuan Pagaruyung, dan berakhirnya perang Padri, kawasan ini menjadi dalam pengawasan Belanda. Sumatera Barat terletak di pesisir barat bagian tengah pulau Sumatera, memiliki dataran rendah di pantai barat, serta dataran tinggi vulkanik yang dibentuk oleh bukit Barisan. Garis pantai provinsi ini seluruhnya bersentuhan dengan Samudera Hindia sepanjang 375 km. Kepulauan Mentawai yang terletak di Samudera Hindia dan beberapa puluh kilometer dari lepas pantai Sumatera Barat termasuk dalam provinsi ini. Propinsi Sumatera Barat memiki aneka ragam budaya dan kesenian yang menarik.
Kesenian Sumatera Barat
Kekayaan budaya Sumatera Barat tersebut meliputi tarian tradisional, makanan khas, alat musik tradisional, rumah adat, pakaian adat, keragaman suku, perayaan adat, lagu tradisional dsb. Berikut adalah ulasan dari berbagai macam kebudayaan Sumatera Barat
Tarian tradisional
Secara garis besar seni tari dari Sumatera Barat adalah dari adat budaya etnis Minangkabau dan etnis Mentawai. Kekhasan seni tari Minangkabau umumnya dipengaruhi oleh agama Islam, keunikan adat matrilineal dan kebiasan merantau masyarakatnya juga memberi pengaruh besar dalam jiwa sebuah tari tradisi yang bersifat klasik, diantaranya tari Pasambahan, tari Piring, tari Payung dan tari Indang. Sementara itu terdapat pula suatu pertunjukan khas etnis Minangkabau lainnya berupa perpaduan unik antara seni bela diri yang disebut silek dengan tarian, nyanyian dan seni peran (akting) yang dikenal dengan nama Randai. Sedangkan untuk tarian khas etnis Mentawai disebut Turuk Langai. Tarian Turuk Langai ini umumnya bercerita tentang tingkah laku hewan, sehingga judulnya pun disesuaikan dengan nama-nama hewan tersebut, misalnya tari Burung, tari Monyet, tari Ayam, tari Ular dan sebagainya.
Kuliner khas
Produk kuliner Sumatera Barat merupakan salah satu yang dikenal luas di Indonesia dan disebut juga dengan istilah Masakan Minangkabau yang diperkenalkan oleh para perantau Minangkabau dari berbagai daerah di Sumatera Barat. . Masakan Sumatera Barat dikenal banyak menggunakan santan dan daging, memiliki rasa pedas dari penggunaaan bumbu dan rempah-rempah. Salah satu masakan khas daerah sumatera barat yaitu rending. Rendang daging adalah masakan tradisional bersantan dengan daging sapi sebagai bahan utamanya. Masakan khas dari Sumatera Barat, Indonesia ini sangat digemari di semua kalangan masyarakat baik itu di Indonesia sendiri ataupun di luar negeri. sedangkan minumannya adalah teh talua. Teh Talua atau Teh Telur adalah minuman khas Sumatra Barat yang merupakan menu wajib di warung tradisional maupun restoran Padang. Minuman ini terdiri dari campuran teh, gula dan telur dan sedikit perasan jeruk nipis. Telur yang digunakan biasanya adalah telur ayam kampung. Teh talua biasanya diminum oleh para petani yang hendak meladang, sebagai penambah stamina kerja.
Alat musik tradisional
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatra Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Hal ini karena musik Minang bisa diracik dengan aliran musik jenis apapun sehingga enak didengar dan bisa diterima oleh masyarakat. Unsur musik pemberi nuansa terdiri dari instrumen alat musik tradisional antara lain :
1. Saluang
2. bansi
3. talempong
4. rabab
5. gandang tabuik
lagu tradisional
Nuansa Minangkabau yang ada di dalam setiap musik Sumatera Barat yang dicampur dengan jenis musik apapun saat ini pasti akan terlihat dari setiap karya lagu yang beredar di masyarat. Musik Minangkabau berupa instrumentalia dan lagu – lagu dari daerah ini pada umumnya bersifat melankolis. Hal ini berkaitan erat dengan struktur masyarakatnya yang memiliki rasa persaudaraan, hubungan kekeluargaan dan kecintaan akan kampung halaman yang tinggi ditunjang dengan kebiasaan pergi merantau. Contoh lagu tradisional dari provinsi Sumatera Barat adalah kambanglah bungo, barek solok, rang talu, malam baiko dan lain – lain.
Pakaian adat
Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan ethos kebudayaan suatu masyarakat. Dengan melihat pakaian seseorang, orang akan mengatakan bahwa orang tersebut dari daerah sana. Jadi pakaian adat mewakili masyarakat dan adat sesuatu daerah membedakannya dengan adat daerah lain.
Perayaan adat
Perayaan adat yang disebut juga dengan perayaan adat. Upacara di daerah minangkabau ini beragam mulai upacara kematian, upacara pernikahan, upacara selamatan, upacara yang berkaitan dengan perekonomian, dan upacara sepanjang hidup manusia. Upacara sepanjang hidup manusia seperti upacara karek pusek, mengaji di surau, tamat kaji (khatam al-qur’an), upacara sunat rasul, dll.
Keragam suku
Mayoritas penduduk Sumatera Barat merupakan suku Minangkabau. Di daerah Pasaman selain suku Minang berdiam pula suku Batak dan suku Mandailing. Suku Mentawai terdapat di Kepulauan Mentawai. Di beberapa kota di Sumatera Barat terutama kota Padang terdapat etnis Tionghoa, Tamil dan suku Nias dan di beberapa daerah transmigrasi (Sitiung, Lunang Silaut, Padang Gelugur dan lainnya) terdapat pula suku Jawa.
Rumah adat
Rumah adat Sumatera Barat khususnya dari etnis Minangkabau disebut Rumah Gadang. Rumah Gadang biasanya dibangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku / kaum tersebut secara turun temurun. Tidak jauh dari komplek rumah gadang tersebut biasanya juga dibangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah dan tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut namun belum menikah. Sementara etnis Mentawai juga memiliki rumah adat yang berbentuk rumah panggung besar dengan tinggi lantai dari tanah mencapai satu meter yang disebut dengan uma. Uma ini dihuni oleh secara bersama oleh lima sampai sepuluh keluarga. Secara umum konstruksi uma ini dibangun tanpa menggunakan paku, tetapi dipasak dengan kayu serta sistem sambungan silang bertakik.
Seni arsitektur merupakan kebudayaan
Rumah adat termasuk dalam seni arsitektur. Di dalam seni arsitektur pencipta dapat merancang sebuah gedung dengan inisiatifnya tersendiri. Pencipta dapat merancang gedung yang akan di buatnya dengan mewah, unik dan anggun seperti yang di inginkan. Ia dapat menambahkan berbagai hiasan, pola ataupun bentuk-bentuk yang menarik baginya. Begitu pula orang-orang yang melihat bangunan tersebut. Mereka dapat merasakan seni yang terkandung di bangunan tersebut dan memiliki rasa keingintahuan yang lebih dalam lagi untuk mengetahui filosofi bangunan tersebut. Dalam artian secara sempit ataupun secara global Seni Arsitektur memiliki arti “seni atau ilmu dalam merancang bangunan-bangunan”. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lansekap. Hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain parabot dan desain produk arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut. Namun, dapat dikatakan pula bahwa unsur fungsi itu sendiri dalamnya sudah mencakup baik unsur estetika maupun psikologis.
Arsitektur adalah bidang multi disiplin, termasuk di dalamnya adalah matematika, sains, seni, teknologi, humaniora, politik, sejarah, filsafat, dan sebagainya. Mengutip Vitruvius, “Arsitektur adalah ilmu yang timbul dari ilmu-ilmu lainnya, dan di lengkapi dengan proses belajar, dibantu dengan penilaian terhadapkarya tersebut sebagai karya seni”. Ia pun menambah bahwa seorang arsitek harus fasih dalam bidang musik, astronomi, dan sebagainya. Filsafat adalah salah satu yang utama di dalam pendekatan arsitektur. Rasionalisme, Impirisialisme, Fenomenologi, Struktur ralisme, Post-strukturalisme, dan Dekonstruktivisme adalah beberapa arahan dari filsafat yang mempengaruhi arsitektur.
Seni Arsitektur berawal dari peradapan nenek moyang kita misalnya bagunannya mengandung ukiran-ukiran atau bentuk-bentuk yang lainnya, sehingga dapat di turunkan ke anak-anaknya sampai sekarang. Di Indonesia terdapat banyak-banyak macam seni arsitektur di antaranya Arsitektur Rumah Gadang, seperti bangunannya terdapat ukiran-ukiran yang indah dan mempunyai arti, kemudian atapnya yang berbentuk seperti tanduk dan masih banyak lagi, sehingga seni arsitektur memiliki nilai budaya.
Seni Arsitektur berhubungan dengan budaya karena seperti yang dijelaskan di atas bahwa didalam rumah gadang mengandung banyak budaya – budaya. Rumah gadang adalah nama untuk rumah adat minangkabau yang merupakan rumah adat tradisional dan banyak dijumpai di daerah Sumatra Barat, Indonesia. Rumah gadang juga memiliki beberapa nama panggilan yang lain. Seperti bagonjong, dan baanjung. Disebut bagonjong karena memiliki bentuk atap yang melengkung ke atas dengan ujung runcing mirip bentuk tanduk kerbau. Sedangkan disebut baanjung karena di sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya ruang anjuang (anjung). Ruang ini digunakan oleh masyarakat setempat sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat.
Bentuk dasar rumah gadang adalah empat persegi panjang, berupa rumah panggung. Bentuk dindingnya yang membesar ke atas disebut silek. Untuk menghindari tampias dikala hujan. Tangga untuk menuju ke pintu terletak di depan rumah dan beratap. Rumah ini dibagi beberapa kamar yang disebut bilik, biasanya berjumlah ganjil. Rumah ini biasanya juga banyak dijumpai di Negeri Sembilan, Malaysia. Namun demikian tidak semua kawasan di Minangkabau (Darek) yang boleh didirikan rumah adat ini, hanya pada kawasan yang sudah memiliki status sebagai Nagari saja rumah gadang ini boleh didirikan. Begitu pula pada kawasan yang disebut dengan rantau. Rumah adat ini dahulunya juga tidak ada yang didirikan oleh para perantau Minangkabau. Fungsi dari rumah ini yaitu sebagai tempat tinggal bersama, sebagai lambang kehadiran suatu kaum, sebagai pusat kehidupan dan kerukunan, sebagai tempat merawat anggota keluarga yang sakit. Rumah ini memiliki ketentuan sendiri. Dalam rumah gadang, kamar yang ada di rumah tersebut memiliki bagian dan fungsi sendiri. Jumlah kamarnya bergantung pada jumlah perempuan yang tinggal di dalam. Setiap perempuan dalam kaum tersebut yang telah bersuami memperoleh sebuah kamar, sementara orang tua dan anak memperoleh tempat di kamar dekat dapur. Gadis remaja memperoleh kamar bersama di ujung. Bagian dalam rumah gadang merupakan ruangan lepas kecuali kamar tidur. Bagian dalam terbagi atas lanjar dan ruang yang ditandai oleh tiang. Tiang itu berbanjar dari muka ke belakang dan dari kiri ke kanan. Tiang yang berbanjar dari depan ke belakang menandai lanjar, sedangkan tiang dari kiri ke kanan menandai ruang. Jumlah lanjar bergantung pada besar rumah, bisa dua, tiga dan empat. Ruangnya terdiri dari jumlah yang ganjil antara 3 dan 11.
Rumah gadang biasanya di bangun di atas sebidang tanah milik keluarga induk dalam suku atau kaum tersebut secara turun temurun dan hanya dimiliki dan diwarisi dari dan kepada perempuan pada kaum tersebut. Di halaman depan rumah gadang biasanya selalu terdapat dua buah bangunan rangkiang, di gunakan untuk menyimpan padi. Rumah gadang pada sayap bangunan sebelah kanan dan kirinya terdapat ruang anjung. Sebagai tempat pengantin bersanding atau tempat penobatan kepala adat. Anjung pada kelarasan bodi chanlago tidak memakai tongkat penyangga di bawahnya. Sedangkan pada kelarasan kotopiliang memakai tongkat penyangga. Hal ini sesuai filosofi yang dianut kedua golongan yang berbeda. Salah satu golongan menganut prinsip pemerintahan hiranki, menggunakan anjung yang memakai tongkat penyangga. Pada golongan lainnya anjuang seolah olah mengapung di udara. Tidak jauh dari kompleks rumah gadang tersebut. Biasanya juga di bangun sebuah surau kaum yang berfungsi sebagai tempat ibadah, pendidikan dan juga sekaligus menjadi tempat tinggal lelaki dewasa kaum tersebut yang belum menikah.
Ciri – ciri bentuk dasar rumah gadang yang dasarnya berbentuk balok persegi empat yang mengembang ke atas. Garis melintangnya melengkung tajam dan di tandai dengan bagian tengah lebih rendah. Lengkung atap rumahnya sangat tajam seperti tanduk kerbau. Sedangkan lengkung badan dan rumah landai seperti badan kapal. Atap rumahnya terbuat dari ijuk. Bentuk atapnya yang melengkung dan runcing ke atas disebut gonjong. Ciri – ciri lain dari rumah gadang yaitu ukiran – ukiran pada dinding bagian luar dari rumah gadang. Pada bagian dinding rumah gadang dibuat dari bahan papan, sedangkan bagian belakang dari bahan bambu. Papan dinding dipasang vertical, sementara semua papan yang menjadi dinding dan menjadi bingkai diberi ukiran, sehingga seluruh dinding menjadi penuh ukiran. Penempatan motif ukiran tergantung pada susunan dan letak papan pada dinding rumah gadang. Pada dasarnya ukiran pada rumah gadang merupakan ragam hias pengisi bidang dalam bentuk garis melingkar atau persegi motif umumnya tumbuhan merambat, akar yang berdaun, berbunga, dan berbuah.

Adapun sejarah atap rumah gadang adalah bentuk atap yang seperti tanduk kerbau sering dihubungkan dengan cerita “Tombo Alam Minangkabau”. Cerita tersebut tentang kemenangan orang minang dalam peristiwa adu kerbau melawan orang Jawa. Bentuk – bentuk menyerupai tanduk kerbau sangat umum digunakan orang minangkabau, baik sebagai simbol atau perhiasan. Salah satunya pada pakaian adat yaitu tingkuluak tanduk (tengkuluk tanduk) untuk bundo kanduang. Asal – usul bentuk rumah gadang juga sering dihubungkan dengan kisah perjalanan nenek moyang Minangkabau. Konon katanya bentuk badan rumah Gadang Minangkabau yang menyerupai tubuh kapal adalah meniru bentuk perahu nenek moyang pada masa dahulu. Perahu nenek moyang ini dikenang dengan sebutan lancang.